Ketegangan Pakistan-Afghanistan kembali memanas setelah pihak Afghanistan menuduh militer Pakistan melanggar gencatan senjata melalui serangan udara ke wilayahnya. Aksi tersebut segera dibalas oleh kelompok Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP) yang menyerang pos perbatasan milik Pakistan. Situasi ini menciptakan ancaman besar bagi stabilitas kawasan Asia Selatan dan memperlihatkan rapuhnya hubungan diplomatik kedua negara.
Latar Belakang Ketegangan Pakistan-Afghanistan
Hubungan antara Pakistan dan Afghanistan memang penuh ketegangan sejak lama. Sejak jatuhnya Kabul ke tangan Taliban pada 2021, perselisihan soal batas wilayah menjadi isu utama yang belum terselesaikan. Perdebatan mengenai Garis Durand—batas yang ditetapkan era kolonial Inggris—menjadi akar dari banyak konflik di perbatasan kedua negara.
Pemerintah Afghanistan menolak mengakui garis tersebut, sedangkan Pakistan terus berupaya memperkuat pengawasannya di sepanjang batas. Ketegangan meningkat ketika masing-masing pihak memperluas kehadiran militernya dan saling menuduh melakukan pelanggaran wilayah.
baca juga : Persiapan Black Ops 7: Trailer Resmi Tayang, Open Beta Mulai 2 Oktober
Pemicu Ketegangan Pakistan-Afghanistan Terbaru
Menurut laporan dari media lokal, serangan udara Pakistan yang diklaim menargetkan posisi militan di provinsi Khost dan Paktika justru menghantam area pemukiman warga. Pihak Afghanistan menilai tindakan ini sebagai pelanggaran terhadap gencatan senjata yang disepakati beberapa bulan lalu.
Sebaliknya, Pakistan membantah tuduhan itu dan menegaskan bahwa operasi udara merupakan respons atas serangan TTP yang menewaskan beberapa prajurit di wilayah Khyber Pakhtunkhwa. Pernyataan itu tidak meredakan situasi, justru membuat Taliban di Kabul bereaksi keras dan menuduh Pakistan melanggar kedaulatan mereka.
Peran Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP)
Kelompok Tehrik-e Taliban Pakistan atau TTP memiliki peran besar dalam memicu konflik lintas batas ini. Meski secara resmi berbasis di Pakistan, banyak anggotanya beroperasi dari wilayah Afghanistan sejak Taliban berkuasa. Pakistan menuding pemerintah Taliban menutup mata terhadap aktivitas kelompok ini, sementara Afghanistan menolak tuduhan tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, serangan lintas batas oleh TTP semakin sering terjadi. Banyak analis meyakini kelompok ini berupaya memperluas pengaruhnya di Pakistan barat laut dan menciptakan tekanan politik terhadap Islamabad. Keberadaan TTP menjadi batu sandungan utama dalam upaya perdamaian kedua negara.
Dampak Humanitarian dan Krisis Pengungsi
Konflik yang meningkat berdampak besar pada warga sipil. Ribuan orang di wilayah perbatasan terpaksa mengungsi akibat serangan udara dan bentrokan darat. Desa-desa di provinsi Paktika dan Khost di Afghanistan serta wilayah barat laut Pakistan menjadi korban utama dari pertikaian yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Organisasi kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa eskalasi kekerasan bisa memicu krisis pengungsi baru. Kawasan ini selama bertahun-tahun sudah menjadi tempat pelarian bagi warga yang terdampak konflik. Kondisi ekonomi yang buruk memperburuk situasi, karena banyak pengungsi tidak mendapatkan bantuan memadai.
Respon Internasional dan Regional saat Ketegangan Pakistan-Afghanistan Terbaru
Ketegangan Pakistan-Afghanistan menarik perhatian negara-negara di kawasan. Iran, India, dan China menyampaikan kekhawatiran bahwa konflik ini dapat mengguncang stabilitas Asia Selatan. China, misalnya, khawatir proyek-proyek investasi Belt and Road Initiative (BRI) di Pakistan akan terganggu jika situasi memburuk.
PBB juga menyerukan agar kedua negara menahan diri dan membuka jalur dialog diplomatik. Namun hingga kini belum ada pertemuan resmi antara Islamabad dan Kabul untuk membahas deeskalasi. Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, ikut memantau karena mereka memiliki kepentingan dalam menjaga keamanan regional.
Ancaman Terhadap Stabilitas Asia Selatan
Eskalasi di perbatasan Pakistan dan Afghanistan bukan sekadar masalah dua negara. Konflik ini berpotensi menimbulkan efek domino bagi kawasan. Ketegangan yang terus meningkat dapat memicu perebutan pengaruh di Asia Selatan, meningkatkan risiko terorisme lintas negara, dan mengganggu rantai perdagangan.
Selain itu, konflik ini bisa merusak hubungan diplomatik Pakistan dengan sekutunya seperti Amerika Serikat. Washington memiliki kepentingan besar terhadap keamanan regional, terutama dalam upaya menekan kelompok ekstremis yang beroperasi di wilayah tersebut. Jika Pakistan dan Afghanistan gagal mengendalikan situasi, Asia Selatan bisa menghadapi masa yang lebih tidak stabil.
Upaya Menuju Deeskalasi
Beberapa negara seperti Qatar dan Turki disebut berusaha memfasilitasi pembicaraan damai antara kedua pihak. Mereka memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan Islamabad dan Kabul, sehingga berpotensi menjadi mediator netral. Namun sejauh ini belum ada tanda-tanda kesediaan kedua belah pihak untuk menegosiasikan ulang gencatan senjata.
Analis keamanan menilai bahwa langkah pertama menuju perdamaian adalah membangun kembali kepercayaan. Pemerintah Afghanistan dan Pakistan perlu sepakat untuk menghentikan dukungan terhadap kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah masing-masing. Tanpa langkah konkret, situasi hanya akan semakin memburuk.
Kesimpulan
Konflik di perbatasan Pakistan dan Afghanistan menggambarkan betapa rapuhnya keseimbangan geopolitik di Asia Selatan. Perselisihan tentang wilayah, kelompok militan, dan kepentingan politik membuat gencatan senjata sulit dipertahankan. Ketegangan Pakistan-Afghanistan tidak hanya mengancam keamanan kedua negara, tetapi juga dapat memicu krisis yang lebih luas di kawasan.
Selama tidak ada solusi diplomatik dan kesepakatan yang jelas, ketegangan ini akan terus menjadi sumber kekhawatiran bagi dunia internasional. Perdamaian sejati hanya bisa tercapai ketika kedua pihak bersedia menempatkan stabilitas kawasan di atas kepentingan politik jangka pendek mereka.