Harga Bitcoin Melemah di Tengah Ketegangan Geopolitik
Pada Senin, 23 Juni 2025, Harga Bitcoin Melemah di zona merah. Harga turun 1,44% dalam 24 jam terakhir, berada di level USD 101.257 atau sekitar Rp 1,67 miliar.
Meski begitu, harga Bitcoin sempat anjlok ke bawah USD 100.000 usai Amerika Serikat meluncurkan serangan ke tiga situs nuklir utama Iran. Pasar kripto langsung bereaksi keras.
Sentimen Iran-Israel Pengaruhi Harga Bitcoin Melemah
Serangan AS ke Iran memicu lonjakan kekhawatiran investor. Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menjelaskan bahwa pasar saham dan kripto merespons secara defensif. Banyak investor memilih wait and see karena khawatir konflik akan semakin meluas.
Pasar juga mencermati hubungan Iran dengan Rusia dan Korea Utara. Jika konflik membesar, potensi inflasi bisa meningkat. Ini akan menekan sentimen risiko secara global, termasuk pasar kripto.
Harga Mulai Pulih, Pasar Coba Menemukan Keseimbangan
Meskipun sempat menyentuh titik rendah, harga Bitcoin mulai pulih. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 100.500–USD 101.400. Polymarket juga mencatat bahwa probabilitas serangan lanjutan AS menurun.
Fahmi menilai, kondisi saat ini menunjukkan kekuatan pasar yang cukup solid. Jika inflasi tetap terkendali dan The Fed menurunkan suku bunga pada kuartal IV, peluang reli kripto akan terbuka lebar.
Potensi Reli Jika Suku Bunga Turun
Jika tren penurunan suku bunga berjalan mulus, investor bisa berharap pada reli lanjutan. Menurut Fahmi, sentimen positif dari penurunan suku bunga bisa merembet ke altcoin yang saat ini masih tertinggal performanya.
Ia menyarankan dua pendekatan. Investor pemula bisa mengadopsi strategi menabung rutin (DCA) untuk meredam volatilitas. Sementara itu, investor berpengalaman bisa menerapkan strategi rotasi aset untuk mengoptimalkan potensi cuan.
Apa Saja yang Mempengaruhi Harga Bitcoin?
Beberapa faktor utama mempengaruhi harga Bitcoin:
- Sentimen pasar global
- Kebijakan suku bunga dan inflasi
- Ketegangan geopolitik
- Adopsi institusional
- Perkembangan regulasi kripto
Faktor kelangkaan juga memainkan peran penting. Dari total maksimum 21 juta BTC, saat ini sudah beredar 19,87 juta. Jumlah yang terbatas ini menjadikan Bitcoin semakin diminati sebagai penyimpan nilai jangka panjang.
Bitcoin: Aset Digital Pertama yang Mengubah Dunia
Bitcoin pertama kali muncul pada 2009 oleh sosok anonim bernama Satoshi Nakamoto. Mata uang ini tidak diatur oleh pemerintah atau bank sentral mana pun.
Setiap transaksi Bitcoin dicatat dalam sistem blockchain, menciptakan transparansi dan keamanan. Namun, pengguna juga harus paham cara menjaga asetnya sendiri karena tidak ada otoritas pusat yang melindungi dana mereka.
Kesimpulan: Waspadai Risiko, Siapkan Strategi
Tekanan geopolitik dan potensi inflasi global membuat pasar kripto rentan. Meski begitu, kekuatan Bitcoin saat ini menunjukkan sinyal positif untuk jangka panjang.
Investor sebaiknya bersiap dengan strategi yang tepat, baik jangka pendek maupun panjang. Karena di tengah ketidakpastian global, aset digital seperti Bitcoin masih menyimpan potensi besar.